You must have JavaScript enabled in order to use this theme. Please enable JavaScript and then reload this page in order to continue.
Loading...
Logo Desa Babakan
Desa Babakan

Kec. Ciparay, Kab. Bandung, Provinsi Jawa Barat

SELAMAT DATANG DI WEBSITE RESMI PEMERINTAH DESA BABAKAN KECAMATAN CIPARAY KABUPATEN BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT.

Intervensi Stunting Pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)

26 Juli 2019 Dibaca 808 Kali
Intervensi Stunting Pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)

Kondisi Stunting Di Indonesia

Indonesia masih menghadapi permasalahan gizi yang berdampak serius terhadap Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Salah satu masalah gizi yang menjadi perhatian utama saat ini adalah masih tingginya anak balita pendek (Stunting) 

Balita Stunting (Tinggi Badan per Umur) :

  •  Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013, prevalensi stunting di Indonesia mencapai 37,2 %
  • Pemantauan Status Gizi Tahun 2016, mencapai 27,5 % 
  • Batasan WHO < 20>
  • Hal ini berarti pertumbuhan yang tidak maksimal dialami oleh sekitar 8,9 juta anak Indonesia, atau 1 dari 3 anak Indonesia mengalami stunting
  • Lebih dari 1/3 anak berusia di bawah 5 tahun di Indonesia tingginya berada di bawah rata-rata 

Stunting disebabkan oleh Faktor Multi Dimensi. Intervensi paling menentukan pada 1.000 HPK (1000 Hari Pertama Kehidupan).

1. Praktek pengasuhan yang tidak baik

  • Kurang pengetahuan tentang kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan
  • 60 Úri anak usia 0-6 bulan tidak mendapatkan ASI ekslusif
  • 2 dari 3 anak usia 0-24 bulan tidak menerima Makana Pengganti ASI
  • Terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan anc (ante natal care), post natal dan pembelajaran dini yang berkualitas
  • 1 dari 3 anak usia 3-6 tahun tidak terdaftar di Pendidikan Aanak Usia Dini
  • 2 dari 3 ibu hamil belum mengkonsumsi suplemen zat besi yang memadai
  • Menurunnya tingkat kehadiran anak di Posyandu (dari 79% di 2007 menjadi 64% di 2013)
  • Tidak mendapat akses yang memadai ke layanan imunisasi 3. Kurangnya akses ke makanan bergizi
  • 1 dari 3 ibu hamil anemia • Makanan bergizi mahal
  • Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi • 1 dari 5 rumah tangga masih BAB diruang terbuka • 1 dari 3 rumah tangga belum memiliki akses ke air minum bersih

Dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh stunting:

  • Jangka pendek adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh
  • Dalam jangka panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan adalah menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, dan resiko tinggi untuk munculnya penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua

Bagaimana Menangani Stunting?

Penangan stunting dilakukan melalui Intervensi Spesifik dan Intervensi Sensitif pada sasaran 1.000 hari pertama kehidupan seorang anak sampai berusia 6 tahun.

Intervensi Gizi Spesifik

Intervensi yang ditujukan kepada ibu hamil dan anak dalam 1.000 hari pertama kehidupan. Kegiatan ini umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan. Intervensi spesifik bersifat jangka pendek, hasilnya dapat dicatat dalam waktu relatif pendek

Intervensi Gizi Sensitif

Intervensi yang ditujukan melalui berbagai kegiatan pembangunan di luar sektor kesehatan. Sasarannya adalah masyarakat umum, tidak khusus untuk sasaran 1.000 Hari Pertama Kehidupan.

Intervensi Gizi Spesifik

Ini merupakan intervensi yang ditujukan kepada anak dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dan berkontribusi pada 30% penurunan stunting. Kerangka kegiatan intervensi gizi spesifik umumnya dilakukan pada sektor kesehatan.

I. Intervensi dengan sasaran Ibu Hamil:

  • Memberikan makanan tambahan pada ibu hamil untuk mengatasi kekurangan energi dan protein kronis.
  • Mengatasi kekurangan zat besi dan asam folat.
  • Mengatasi kekurangan iodium.
  • Menanggulangi kecacingan pada ibu hamil.
  • Melindungi ibu hamil dari Malaria.

II. Intervensi dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia 0-6 Bulan:

  •  Mendorong inisiasi menyusui dini (pemberian ASI jolong/colostrum).
  • Mendorong pemberian ASI Eksklusif.

III. Intervensi dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia 7-23 bulan:

  • Mendorong penerusan pemberian ASI hingga usia 23 bulan didampingi oleh pemberian MP-ASI.
  • Menyediakan obat cacing.
  • Menyediakan suplementasi zink.
  • Melakukan fortifikasi zat besi ke dalam makanan.
  • Memberikan perlindungan terhadap malaria.
  • Memberikan imunisasi lengkap.
  • Melakukan pencegahan dan pengobatan diare.

Intervensi Gizi Sensitif

Idealnya dilakukan melalui berbagai kegiatan pembangunan diluar sektor kesehatan dan berkontribusi pada 70% Intervensi Stunting. Sasaran dari intervensi gizi spesifik adalah masyarakat secara umum dan tidak khusus ibu hamil dan balita pada 1.000 Hari PertamaKehidupan (HPK).

  1. Menyediakan dan Memastikan Akses pada Air Bersih.
  2. Menyediakan dan Memastikan Akses pada Sanitasi.
  3. Melakukan Fortifikasi Bahan Pangan.
  4. Menyediakan Akses kepada Layanan Kesehatan dan Keluarga Berencana (KB).
  5. Menyediakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
  6. Menyediakan Jaminan Persalinan Universal (Jampersal).
  7. Memberikan Pendidikan Pengasuhan pada Orang tua.
  8. Memberikan Pendidikan Anak Usia Dini Universal.
  9. Memberikan Pendidikan Gizi Masyarakat.
  10. Memberikan Edukasi Kesehatan Seksual dan Reproduksi, serta Gizi pada Remaja.
  11. Menyediakan Bantuan dan Jaminan Sosial bagi Keluarga Miskin.
  12. Meningkatkan Ketahanan Pangan dan Gizi.
Beri Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui oleh admin
CAPTCHA Image